Prolog tentang dia

Ini cerita tentang mereka. Lingga dan anggi.


Hujan di malam itu mengingatkan ku tentang sebuah kisah, bukan kisah cinta namun sebuah perjalanan. Semua yang susah biasanya berakhir indah, begitu juga tentang perjalanan. Jika mudah maka tidak menjadi special itu kata Lingga dulu ketika ia belum mengenal Anggi.
.
.
.
.
.
Lingga, seperti laki laki remaja pada umumnya. Idealis adalah kewajaran, masih menganggap semua harus dibenarkan, tidak mengerti kemakluman. Anak paling tua dari famili nya, memiliki 2 momongan, 2 adiknya menjadikan nya ia panutan. Merasa harus sempurna menurut saya hal yang tidak salah, apalagi menjadi seorang Lingga kalau tidak, mau jadi apa orang yang menjadikannya ia panutan.
.
.
.
Anggi, Cantik? tidak, jujur saja ia tidak bisa disebut menjadi wanita. Cerawak,ah sudah lah aku kehabisan kata menggambarkan dia. Intinya apa yang di deskripsikan tentang wanita tidak ada di dalam dirinya itu yang sejauh aku lihat tidak tau kalau orang terdekatnya melihatnya.
.
.
.
.
Memang semesta terkadang lucu, ih kok semesta seperti anak indie saja. Intinya dunia terkadang aneh, dia mempertemukan mereka. Mempertemukan dua insan yang setidaknya terlihat berbeda, setidaknya menjadikan mereka berbeda namun tetap saja di pertemukan . Anehnya lagi mereka di pertemukan dalam keadaan yang tidak tepat.
.
.
.
Tenang sayang, ini bukan cerita cinta untuk mempermudahkan kamu memahami, ini cerita tentang perjalanan. Iya ini tentang mereka, bukan kita . Jangan GR kerena yang saya bahas bukan kamu, ini mereka . Orang yang bisa merubah orang lain yang keras kepala menjadi sejinak kucing yang diberikan daging ikan gurami. Intinya saya terinspirasi dengan mereka terutama Anggi, Tunggu saja saya, saya tuliskan tentang mereka. Tunggu sebentar saya sibuk, tunggu saya tidak sibuk dan mungkin kopi serta sampoerna mild bisa memberikan tulisan yang memudahkan mu untuk membacanya sayang. Mungkin ini tentang kita, tapi percayalah ini tentang mereka.
.
.
.
.
Lingga hanya ingin mengerti, kenapa Anggi seperti itu, seperti itu yang bagaimana?. Tanyakan saja kepada hatimu.



Jogja, 5 Maret 2019.
Bukan tentang kalimat indah, hanya ingin merangkai kata karena hatinya yang kosong

Comments